Inilah Ujian yang Harus Dihadapi Agar Ban Lolos SNI

Jalan aspal mulus menjadi idaman para pengendara. Hanya saja, kini semakin sulit mewujudkan hal itu. Karena kondisi jalan yang kian parah kala musim penghujan yang tak kunjung usai. Tidak hanya kubangan, lubang dan jalan rusak bermunculan di mana-mana. Sementara upaya perbaikan jalan, masih terkendala berbagai faktor plus butuh waktu. 

Kondisi ini jelas membuat mobil butuh ban yang andal. Karena inilah satu-satunya bagian mobil yang bersentuhan langsung dengan jalan. Bisa dibayangkan, bila kualitasnya di bawah standar. Untungnya, kondisi ini disadari oleh pemerintah sebagai regulator. Dalam hal ini, produksi ban yang dijual di Tanah Air mesti lulus uji Standar Nasional Indonesia (SNI). Hal ini berlaku untuk segala ban lokal maupun impor. 
Inilah mekanisme serta standar apa saja yang mesti dipenuhi pabrikan ban untuk bisa merengkuh �stempel� SNI. 

Uji performa
Biasanya performa dilakukan dengan pengujian high speed.  Dengan standar SNI yang dilakukan selama 1 jam. Saat start, kecepatan awal adalah 80% dari angka yang direkomendasikan. Kemudian setelah berjalan 10 menit, kecepatan ditambah hingga batas maksimal, bahkan lebih untuk melihat puncaknya.

Dari kecepatan tinggi bakal terlihat daya gesek plus panas yang terjadi pada ban. Sehingga bisa diketahui tingkat kerusakan serta pada kecepatan tertentu kerusakan ini terjadi. Dari situ terlihat, analisis dan rekomendasi terhadap produk tertentu.

Uji ketahanan (endurance)
Daya tahan ban juga merupakan materi pengujian berikutnya. Prosedur pengujian untuk ban luar kendaraan bermotor yaitu untuk uji endurance  (uji ketahanan terhadap berbagai beban). Untuk pengujian ini butuh waktu 34 jam menurut standar SNI.

Beberapa produsen menambahkan batas uji ketahanan ini. Misalnya yang dilakukan Multistrada hingga 48 jam plus beban. Ini artinya rata-rata setiap produk mengalami uji ketahanan hingga 82 jam atau setara nyaris 3,5 hari nonstop.

Plunger test/energy breaking
Tes ini cocok untuk kondisi di Tanah Air. Kondisi jalan yang tidak rata alias rusak menjadi patokan pengetesan. Setidaknya ada 5 titik di permukaan tapak ban yang secara random ditekan satu batang baja dengan diameter tertentu sesuai peruntukannya. Batang baja itu diberi beban sebesar 294 Nm untuk ban berdiameter 15 inci atau reinforced  hingga 588 Nm pada ukuran yang serupa.

Biasanya data akan keluar setelah pengetesan. Umumnya hasil tes tersebut melebihi angka yang direkomendasikan. Secara kasat mata, bila tidak memenuhi standar, permukaan tapak terlihat tak rata atau benjol.

Bead unseating
Secara prinsip, pengetesan bead unseating  mirip dengan plunger test.  Hanya saja bila plunger test  dilakukan pada tapak, bead unseating  lebih ditekan bagian dinding ban. Kegunaan tes ini, agar saat bermanuver kondisi fisik ban tidak terlipat akibat dorongan beban ke samping. Untuk ban berdiameter 15 inci mesti memenuhi beban 8.895 Nm atau setara dengan 907 kilogram dari samping.

Secara uji materi, bead unseating  merupakan pengujian terberat yang harus dilakukan. Tidak heran kalau poin ini benar-benar diperhatikan. Kalau tidak, potensi ban melipat saat bermanuver cukup besar. 

Post a Comment

Previous Post Next Post